Tuesday, June 12, 2007

Pengumuman dan mohon saran

Saya lupa mengumumkan bahwa blog ini adalah pindahan dari blog yang lama :
http://www.sekolahkehidupan.blogs.friendster.com/

Kasih saran dong apakah saya harus copy lagi yang lama dan dimuat di sini atau biar dikasih link aja ke blog yang lama?
Tengkyu sebelumnya

Friday, June 8, 2007

Seninya Pindahan

Seninya pindahan [*]
Sebetulnya saya masih bingung judulnya mau asyiknya pindahan, uniknya pindahan apa seninya pindahan.
Kalau dihitung-hitung, tampaknya saya mengalami cukup banyak pindahan.
Rumah-tempat kerja. Waktu itu saya kuliah sambil kerja, saat tingkat 2 saya pindah dari rumah ke tempat kerja meskipun masih satu kota. Gara-garanya saya kena bronchitis ringan karena selalu pulang kerja malam-malam naik motor. Akhirnya pindah ke tempat kerja, ada kamar di sana yang boleh saya tempati.
Tempat kerja-seminari. Kemudian ketika masuk seminari, jumlah perpindahan itu makin banyak karena tiap semester harus pindah kamar. Coba saya ingat-ingat, kayaknya begini urutannya.
Semester pertama di lantai 3 kamar 7 sebulan setengah doang, kemudian pindah ke kamar 8 tinggal bersama 2 orang dari Jakarta.
Semester 2 pindah ke lantai 3 kamar no 6 tinggal sama 1 orang dari Jakarta dan 1 orang dari Tangerang.
Semester 3 pindah ke lantai 4 kamar 2, tinggal bersama 1 orang dari Medan, 1 dari Jakarta dan 1 dari Blitar.
Semester 4 pindah ke lantai 2 kamar 5 sama 1 orang dari Lawang
Semester 5 pindah ke lantai 2 kamar 2 sama satu orang dari Tangerang
Semester 6 pindah kembali ke lantai 3 kamar 6 sama satu orang dari Medan
Semester 7 pindah ke lantai 3 kamar 5a di situ sampai selesai. Selama beberapa bulan tinggal dengan orang yang berbeda terus, dari Malang, Jakarta, Palembang. Kalau ada yang datang untuk intensif 3 minggu atau 2 minggu atau sebulan maka ditempatkan di kamar saya karena saya tinggal sendirian.
Kemudian pernah ke Surabaya 2 kali selama masa praktek 2 bulan.
Kemudian saya pindah ke Batam, di Batam 2 kali pindah tempat tinggal
Kemudian pindah ke Singapore. Dan selama di Singapore saya belum pernah pindah rumah, tetap di tempat kost yang sama dari pertama datang sampai sekarang. Jadi total saya pindah sudah 13 kali. Wah banyak juga ya.

Setiap kali pindah tentu saja saya harus membawa semua barang2 saya. Ada banyak hal yang menarik dari perpindahan itu. Baik cara perpindahan itu maupun peristiwa yang terjadi seputar perpindahan itu. Yang pertama kita lihat dari cara perpindahan itu.
Cara:
Waktu pindah dari rumah ke tempat kerja saya pake motor angkut barangnya. Sedikit demi sedikit dibawa pake kotak atau kantong plastik.
Waktu pindahan di seminari lebih asyik. Banyak cara dan strategi yang dipakai karena biasanya kami cuma dikasi waktu 3 hari untuk memindahkan semua buku dan baju. Baju saya mah dikit, bukunya itu loh minta ampun.
Saya mesti rundingan dulu dengan orang yang bakal menempati kamar saya dan yang bakal saya tempati. Kalau klop kita akan saling membawakan barang2 ke kamar masing2. Saya berangkat membawa barang saya, lalu keluar membawakan barang2 dia ke kamar saya. Demikian juga sebaliknya Jadi lebih cepat. Nah kalau ternyata dia tidak ke kamar saya tapi ke kamar lain tapi masih di lantai yang sama, saya juga akan tetap bawain ke kamarnya. Karena nanti orang dari kamar atau lantai itu ya itu akan bawakan barang teman yang lain juga. Coba bayangkan kita semua cewek-cewek kurang lebih 70 orang dalam 3 hari berseliweran pindahan. Hohoho ramenya….
Waktu pindah ke Batam saya mesti pake paket pos ngirim barang-barang saya.
Waktu pindah ke Singapore juga unik. Sambil menunggu visa kerjanya selesai saya setiap minggu bolak balik Batam-Singapore bawa barang-barang saya. Jadi ga pake ongkos kirim.

Kemudian yang kedua akan kita lihat adalah peristiwa di balik pindahan itu (sebelum atau sesudah)
Peristiwa:
Waktu persiapan mau pindah saya akan memasukkan barang-barang ke dalam dos sekalian sambil menyortir barang mana di masukkan dalam kategori apa. Waktu memilah itulah kemudian saya menemukan barang2 yang tidak berguna lagi, atau dulu yang saya anggap berharga sekarang sudah tidak berharga lagi. Maka barang2 itu harus dibuang. Saya juga pernah menemukan kartu ulang tahun untuk teman saya yang sudah saya tulis tapi tidak saya poskan.
Juga saya menemukan saya menyimpan barang yang samasekali tidak pernah saya pakai selama 6 tahun. Bahkan masih utuh dalam bungkusan aslinya yang bersegel. Akhirnya barang itu saya berikan pada orang lain yang ternyata langsung dipakainya. Aduh… betapa egoisnya saya menyimpan barang itu selama 6 tahun sementara dia menanti-nantikannya.
Tapi ada juga barang barang yang sulit untuk dibuang.
Nah pada waktu bongkar-bongkar itulah kemudian saya menemukan surat pendek seseorang yang dengan jujur berkata apa adanya tentang diri saya. Atau kartu berisi ucapan pemberi semangat untuk beberapa peristiwa yang saya alami. Kartu2 ulang tahun yang dikirimkan kepada saya. Kertas2 yang berisi tulisan yang menggoda saya. Atau foto yang terselip diantara kertas2. Saya juga pernah menemukan coretan2 tak jelas di sebuah kertas yang saya juga tidak tahu kenapa saya menyimpannya. Atau buku-buku khusus yang diberikan oleh seseorang. Biasanya saya berhenti sejenak dari kegiatan mengepak itu dan kembali menikmati nostalgia dari foto, buku atau kartu atau tulisan yang ada.
Pada waktu bernostalgia itulah kemudian saya menyadari ada perubahan2 yang terjadi dalam diri saya. Jenis buku bacaan saya berubah, hobby saya berubah, tanggapan orang terhadap saya berubah seiring dengan perubahan yang terjadi dalam diri saya. Kesukaan saya berubah, pemahaman saya tentang kebendaan juga berubah seiring dengan berubahnya barang-barang yang saya simpan. Saya juga yakin bahwa pemahaman saya tentang kehidupan juga berubah.
Nah kira-kira itulah kisah seputar perpindahan.
Perpindahan dalam fase kehidupan kita juga akan melewati berbagai cara dan banyak peristiwa. Ketika berpindah dari suatu kehidupan ke kehidupan lain kita juga akan membuang sifat-sifat, perilaku dan karakter yang harus kita buang. Pada waktu kita telah memasuki masa dewasa tentu kita tidak akan berperilaku atau berkata-kata dan bersikap seperti kanak-kanak lagi.
Pada waktu kita mengalami kedukaan dan kehilangan orang yang kita kasihi kita dapat melihat bahwa kehidupan itu ada di tangan Tuhan. Bukan di tangan kita seperti yang kita jalani selama ini dengan sangat egois dan arogan. Hidup tanpa orang yang dikasihi akan banyak memberikan perubahan pada diri kita juga, kita lebih mandiri, lebih dewasa dan lebih bisa melihat kehidupan dan masa depan.
Pada waktu kita penuh dengan syukur dan sukacita kita dapat menyadari betapa Tuhan sangat baik terhadap kita. Sebetulnya selama ini kita selalu mengatakan Tuhan tidak sayang padaku, tidak pernah memberikan apa yang kita minta. Tuhan ternyata memberikan apa yang kita butuh, bukan apa yang kita minta dan ingini.
Dalam proses perpindahan itu kita juga menemukan beberapa peristiwa penting yang menolong kita menjadi lebih baik, lebih menyadari penyertaan Tuhan dalam hidup kita, lebih bersandar pada pimpinan Tuhan.
Semoga perpindahan kita dari dunia ke alam baka akan selancar ketika kita melewati imigrasi ketika tidak membawa apa2: Nothing to declare.
Sebab kita telah membuang barang-barang busuk bawaan kita dari dunia. Kita tidak lagi membawa hidup yang penuh dosa ke alam baka.

[*] Terimakasih kepada Grace Suryani yang ketika itu chatting tentang ngepak-ngepak barang dan memberikan inspirasi untuk menuliskan seni pindahan ini.